Pak Bahar, yang sebelumnya adalah pegawai pemasaran di salah satu perusahaan farmasi selama 5 tahun ini, nekat banting setir menjadi penjual roti. Usaha ini berawal dari banyaknya keluhan dari warung sekitar rumahnya, yang membutuhkan rasa roti yang berbeda.
Berbekal dari sinilah Pak Bahar banting setir, untuk mencoba membuat usaha roti dengan rasa yang berbeda dengan roti lainnya.
Tepatnya pada bulan November 2011, meskipun belum menguasai cara membuat roti, tidak melunturkan tekad Pak Bahar untuk mandiri, diajaknya teman yang bekerja di toko roti, untuk membangun usaha roti yang dirintis oleh Pak Bahar. Dengan sistem berbagi inilah ajakan Pak Bahar, diterima oleh temannya.
“Dulu awal buka usaha, saya masih menggunakan mesin manual untuk membuat roti. Berjalan beberapa tahun, sering sekali saya mendapat pesanan melebihi dari biasanya. Akhirnya saya harus kerja keras, untuk memenuhi permintaan pelanggan. Kalau cara ini saya lakukan terus, dikawatirkan pelanggan akan beralih ke pabrik lain, karena pesanannya selalu tertunda,” Pak Bahar melanjutkan.
Kejadian inilah yang memutuskan untuk membeli alat yang lebih modern, karena terbentur dengan harga yang tidak murah, serta modal untuk membeli alat ini tidak memungkinkan. Pak Bahar memutuskan untuk mencari pinjaman modal kerja dari lembaga keuangan. Pada tahun 2017 Pak Bahar menerima pinjaman modal kerja dari Bank Sahabat Sampoerna, keinginan untuk memiliki alat yang lebih canggih, akhirnya terwujud.